Monday 23 July 2018

Cerita Injil harian, Senin, 23 Juli 2018 : Tanda Kasih

Terinspirasi dari Renungan Harian : "TANDA"

Tanda Kasih
Aku berjalan menunduk dalam barisan. Kedua tanganku terkatup erat di dada. Begitu erat, seolah satu tanganku tak mau melepaskan tangan lainnya. Mataku terasa panas. Air mataku serasa hendak tumpah. Dan ketika aku sampai di bangku tempat dudukku dan berlutut, segera saja air mataku jatuh berderai membasahi pipiku. Bahkan mengalir hingga tumpah di bangkuku. Kupakai kedua tanganku untuk menutup wajah dan mataku, dan untuk menahan air mataku tidak jatuh.

Kuingat, beberapa bulan sebelumnya, aku juga menangis di sudut bangku yang sama ini. Juga dalam posisi berlutut seperti ini. Aku begitu putus asa. "Tuhan, aku tau, bahwa setiap kali aku menyambut hosti ini, maka itu tanda kasihMu kepadaku. Bahwa Engkau secara Pribadi, sungguh mau hadir dan masuk ke dalam diriku. Tetapi mengapa hanya kegagalan dan kegagalan bertubi-tubi yang menimpaku? BersamaMu, mengapa aku tetap bodoh, terus salah dalam melangkah, dan gagal dalam bisnisku?" seruku dalam deraian air mata. Aku sungguh sedih dan terpukul, lagi-lagi investasiku gagal. Harapan terakhirku sirna. Padahal seluruh tabungan yang kumiliki sudah kupertaruhkan di bisnis itu. Lalu bagaimana aku harus menyelesaikan seluruh kewajiban usahaku? Semua jalan seakan telah buntu.

Kucoba sekuat tenaga menahan perasaanku agar air mata ini tidak terus bercucuran hingga membuat tubuhku begetar dan berguncang-guncang. Satu lagu komuni mengiringi doa dalam keharuanku : "Puji syukur Tuhan, ternyata aku masih kuat melalui masa-masa sulit ini. Masih kuat mengatasi beban ini. Mohon ampun jika aku sempat meragukan penyertaanMu," ucapku lirih. Kini kusadari bahwa kehadiran Tuhan di dalam diriku tidaklah menjadikanku pasti lepas dari kegagalan dan cobaan. Tetapi kehadiranNya pastilah menopangku di saat-saat aku terpuruk dan gagal. Aku sadari, bahwa Tuhan mau ajarkan tentang salib. Juga tentang kesaksian hidup. Dan tentang penyertaan. Puji syukur Tuhan atas tanda kasihMu ini.., dan lagu komuni itu terus mengiringi doaku : "WajahMu yang tersamar di dalam rupa roti..." (PS 434).   
Comments
0 Comments

No comments: