Thursday, 17 August 2017

Seratus Persen Indonesia


Aku masih mematut diri di depan cermin. Tanganku masih bergerak menyisir rambut panjangku. Mataku masih menatap ke dalam cermin. Tapi tak kulihat bayang indah rambutku! Yang terlihat justru deretan kepala yang semuanya berjilbab. Kini kupandang leherku. Dan kali ini kulihat bayang putih jenjangnya, dengan sebuah salib bercorpus tergantung indah. Aku diam, aku masih ragu, bagaimana aku harus hadir di acara itu nanti.

Aku masih terpaku di depan cermin tua itu, ketika kakekku melintas di dalamnya. Wajah muda tampannya, terlihat serasi dengan tubuhnya yang tegap memanggul senapan laras panjang. Dan bau mesiu senapan itu, menyergap hidungku. Sementara asap tebalnya, yang membaurkan bayangan kain merah-putih di belakangnya, tiba-tiba memedihkan mataku. Kugosok-gosok mataku. Dan terlihat.., kurasakan.., bahwa aku sudah siap.

Dari jauh sudah kulihat lautan jilbab itu. Kulangkahkan kakiku lebih cepat untuk mengatasi keraguan ini. Semakin dekat, kulihat beberapa orang mendatangiku. "Silahkan bu RT, silahkan duduk di kursi depan. Malam 17 Agustus-an tahun ini terlihat bakal meriah sekali..." kata ibu-ibu berjilbab itu dengan ramah. Dan kubalas sapaannya, kusertai dengan senyum ramah pula.., dengan bibir ini, dan juga dengan hati ini.
Comments
0 Comments

No comments: