Cerita Injil harian, Selasa, 10 Juli 2018 : Peka?
Kuhampiri Suster Vina. Kujelaskan semua persiapan akhir dan detail acara pesta Natal di panti asuhan itu besok pagi. "Jadi konsep acaranya murni pesta. Tidak ada misa. Kita akan awali dengan paduan suara anak-anak, baru kemudian sambutan pembukaan, dan seterusnya," demikian aku menegaskan lagi penjelasanku.
Keesokannya, ketika matahari mulai menebarkan senyum hangatnya, dengan ringan kulangkahkan kakiku ke panti asuhan itu. Bersama beberapa kawan panitia, kami menyiapkan segala sesuatunya, sampai waktunya tamu-tamu mulai berdatangan. Kulirik jam di tanganku, waktunya acara dimulai! Lalu mataku mulai melirik kanan kiri dengan gelisah. Sedari tadi, tak kulihat Suster Vina. Dan aku mulai cemas ketika menyadari bahwa dua suster yang lain pun tak kulihat bayangannya semenjak pagi.
Dengan tergesa kutinggalkan ruang aula menuju kamar-kamar asrama di bagian belakang komplek bangunan ini. Baru kusadari, area di bagian sini tak serapi di aula depan. Terlihat berantakan, kumuh, dan bahkan agak jorok. Namun tak sempat kuperhatikan lagi ketika akhirnya kutemukan Suster Vina. Mulutku sudah terbuka untuk memintanya mengajak anak-anak segera ke aula. Tapi demi melihat pemandangan di depanku, mulutku seakan terkunci. Kulihat Suster Vina sedang menggendong seorang anak lumpuh yang masih telanjang sehabis dimandikannya. Bajunya basah kuyup. Sementara dua suster rekannya sedang sibuk memandikan beberapa anak. Terlihat pula beberapa anak lain yang masih mengantri; ada yang duduk di kursi roda, ada yang di lantai, ada yang berteriak, dan ada yang menangis. Aku tersadar ketika kudengar suara Suster Vina: "Mohon maaf yang sebesar-besarnya mas, hari ini anak-anak banyak rewel. Belum semua dari mereka selesai kami mandikan. Kami hanya bertiga, empat dengan seorang pembantu. Sementara kami harus memandikan dan mengurus 30 anak lebih," jelas Suster Vina dengan mata bersalah. Aku terduduk lemas, tetapi memakluminya. Dengan bangga aku merencanakan pesta Natal bagi panti asuhan ini. Tapi kini kusadari, bahwa aku tidak peka dengan keadaan di sini...
-------------------
* Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kataNya kepada murid-muridNya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. (Mat 9:36-37).